Rabu, 13 Mei 2009

QADHA DAN QADAR ALLAH SWT

A. Pengertian Iman kepada Qada dan Qadar

Dalam suatu hadits, Rasulullah saw. bersabda :” Sesungguhnya setiap kaum telah dikumpulkan proses kejadiannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian barada di sana seperti tadi darah, selanjutnya masih berada di sana seperti tadi (40 hari) dalam bentuk segumpal daging. Setelah itu Allah mengutus malaikat yang diperintahkan untuk menulis empat kalimat, yaitu tentang ajalnya, rezekinya, pekerjaannya, dan nasibnya (hidup susah atau senangnya), kemudian ditiupkan kepadanya Roh”. (HR. Buchori, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Imam Al Ghazali mengatakan, bahwa tidak ada satu pun kejadian di alam ghaib maupun di alam nyata kecuali dengan qada dan qadar Allah swt. Oleh karena itu apapun yang terjadi di dunia ini baik berupa musibah, nasib, rezeki, pekerjaan dan kejadian apa saja harus kita kembalikan kepada sifat qadrat dan iradah Allah swt

Iman kepada qada dan qadar merupakan rukun iman yang ke enam. Iman kepada qada dan qadar memberi pelajaran kepada manusia bahwa segala yang ada di alam dunia ini hanyalah berjalan sesuai dengan kebijaksanaan Allah swt. dan tidak ada seorang pun yang dapat mengingkarinya.

Iman adalah keyakinan atau kepercayaan. Iman kepada qada dan qadar berarti percaya akan qada dan qadar Allah.
Dalam Al Qur’an, qada mempunyai beberapa arti, seperti hukum (lihat QS. An Nisa’: 65), menghendaki (lihat QS. Al Isra: 4), dan menjadikan (lihat QS. Fussilat: 12). Menurut istilah, qada adalah keputusan atau ketetapan Allah swt. terhadap semua makhluk-Nya atas segala sesuatu yang akan terjadi, baik di kehidupan dunia maupun di akhirat kelak.

Qadar berarti ukuran (lihat QS. Al Qamar: 4), ketetapan (lihat QS. Al Ahzab: 38), dan ketentuan (lihat QS.. Al Furqon: 2). Menurut istilah qadar adalah ketentuan Allah swt. yang terjadi pada setiap makhluk sesuai dengan batas yang telah ditentukan sejak zaman azali. Qadar disebut juga dengan takdir Allah swt. yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.

Tidak ada satu pun manusia yang mengetahui qada dan qadar atas dirinya ataupun peristiwa-peristiwa alam yang terjadi. Kematian, kelahiran, musibah, pasang surutnya air laut, terbitnya matahari, dan tersusunnya alam semesta pada tempatnya bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, melainkan telah ditentukan hukumnya oleh Allah swt. yang disebut sebagai sunnatullah (hukum alam).
Fiman Allah swt.:

Artinya: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Al Mahfud) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadid: 22).

Pada dasarnya semua yang terjadi di alam ini berdasarkan pada ketentuan Allah swt. sejak zaman azali, tetapi terjadinya takdir Allah swt. tersebut ada juga yang mengikutsertakan peran makhluk-Nya. Dengan demikian, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan mualaq.

1. Takdir Mubram, yaitu ketentuan Allah swt. yang sudah pasti berlaku atas manusia tanpa dapat dielakkan lagi meskipun dengan ikhtiar (usaha), seperti usia, kelahiran, dan kematian
Firman Allah swt :

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Dan apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. Yunus: 49)


2. Takdir Muallaq, yaitu ketentuan Allah swt. yang mungkin dapat diubah oleh manusia melalui ikhtiarnya bila Allah swt. mengizinkan. Allah swt. hanya akan menunda keputusan dan menggantungkannya kepada usaha manusia sendiri.
Firman Allah swt.:

Artinya: “Sesungguhnya Allah swt. tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”(QS. Qr Ra’du: 11)

Contoh takdir mualaq, antara lain kekayaan, kepandaian, kesehatan, dan lain-lain. Semua itu tidak dapat kita raih hanya dengan berpangku tangan atau berdo’a saja tanpa ada usaha.

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa hubungan antara qada dan qadar berkaitan erat. Qadha mengacu pada hukum, undang-undang dan ketetapan Allah swt. yang berlaku atas semua mahluk-Nya, sedangkan qadar mengacu kepada pelaksanaan dari rencana Allah swt. atas hukum, undang-undang, dan ketetapan Allah swt. tersebut.

B. Ciri-ciri Beriman kepada Qada dan Qadar

Tidak setiap manusia dapat menerima dan percaya adanya qada dan qadar Allah swt. Karenanya, sebagian dari mereka tidak siap bahkan tidak mau menerima musibah yang terjadi. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.

1. Orang yang percaya kepada takdir Allah akan menganggap bahwa apapun yang
terjadi pada dirinya adalah sudah menjadi ketentuan Allah swt. sehingga
tidak bersikap takabur
2. Bersabar dalam mengahadapi ujian dari Allah swt.
3. Bersikap optimis dan tetap berusaha meskipun belum berhasil
4. Tawakal dan berdo’a kepada Allah swt. atas usaha yang telah dilakukannya.
5. Tidak meminta pertolongan kepada selain Allah swt. (musyrik).

C. Contoh-contoh Qada dan Qadar Allah swt.

Dalam kehidupan manusia, banyak sekali contoh-contoh peristiwa yang melibatkan qada dan qadar Allah swt. Berikut lain contoh adanya bukti bahwa qada dan qadar Allah swt. terjadi pada manusia.

1. Kan’an adalah putra nabi Nuh a.s. Sebagai seorang Nabi, dalam menyerukan dakwahnya beliau sudah berusaha sungguh-sungguh secara lahir dan batin agar putranya Kan’an, menjadi anak yang saleh dan beriman. Ternyata, Kan’an tetap kafir dan tidak mau mengikuti jejak ayahnya sampai ia mati. Dengan demikian, Allah swt. telah menakdirkan Kan’an menjadi kafir sampai akhir hayatnya.

2. Dalam sebuah majalah (re. Kartini) diberitakan, ada seseorang yang menderita penyakit gagal ginjal selama 21 tahun. Selama itu pula ia menjalani cuci darah sebanyak 2.016 kali. Dia tidak hanya berobat secara medis, tetapi juga melalui pengobatan-oengobatan alternatif. Padahal menurut dokter, gagal ginjal yang diderita oleh orang tersebut tidak mungkin lagi dapat diselamatkan. Akan tetapi, dengan kuasa dan kehendak Allah swt. sampai sekarang ia masih tetap hidup.

3. Perhatikanlah terjadinya gelombang atau pasang surutnya air laut. Pasang surut air laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal (dorongan ke arah luar pusat rotasi). Demikian yang terjadi dengan pasang surut air laut merupakan salah satu hukum alam atau sunnatullah.

Dari berbagai contoh kejadian di atas menunjukkan bahwa kita harus mempercayai dan meyakini segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah swt.


D. Dalil Naqli tentang Qada dan Qadar

Dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran. Jadi, dalil naqli adalah bukti berdasarkan Al Qur’an atau hadits. Berikut ini terdapat beberapa dalil naqli tentang qada dan qadar.

1. Al Qur’an Surat An Nisa Ayat 78

Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka Mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?”

Surat An Nisa di atas berkaitan dengan ayat sebelumnya (ayat 77) tentang keadaan kaum muslimin yang munafik dan lemah memohon kepada Allah swt. supaya tidak terjadi peperangan dengan orang kafir. Padahal, permohonan mereka disebabkan takut mati dan terlalu mencintai kesenangan duniawi.
Kemudian turun ayat 78 yang menjelaskan bahwa kematian adalah perkara yang pasti terjadi tidak seorangpun dapat lari darinya. Terkadang justru bagi mereka yang terjun ke medan perang tidak terkena musibah. Mereka mempunyai sifat apabila mendapatkan kesenangan dan nikmat akan berkata bahwa Allah swt. telah memuliakan mereka. Akan tetapi, apabila ditimpa kesusahan mereka mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh kesialan Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, jelaslah bahwa kematian atau maut merupakan qadar Allah swt. yang sudah pasti terjadi.

2. Al Qur’an Surat Al Hijr Ayat 5

Artinya: “Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (Nya).”

Ayat 5 surat Al Hijr tersebut menjelaskan bahwa ajal manusia sudah ditetapkan oleh Allah swt. Tidak ada satu mahlukpun yang dapat mendahului, apa lagi menundanya. Karena setiap umat yang dibinasakan mempunyai waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah ditulis dalam lauh al mahfudz.

3. Al Qur’an Surat Al Ankabut Ayat 62

Artinya: “Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”



Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. berkehendak melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Akan tetapi, maksud dari orang-orang yang dikehendaki bukanlah orang-orang yang bersikap pasrah atas rezeki yang didapatnya tanpa ada usaha (ihtiyar), melainkan Allah swt. menghendaki orang-orang yang berusaha dan berdo’a untuk memperoleh rezeki tersebut. Dengan demikian, Allah swt. berhak menentukan siapa yang rezekinya dilapangkan dan siapa yang rezekinya dipersempit karena semua itu sudah menjadi ketentuan Allah swt.


E. Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar

Seorang muslim harus meyakini adanya qada dan qadar Allah swt. karena dapat membimbing rohani kita menuju pada kebaikan. Mengingat bahwa qada dan qadar adalah rahasia Allah swt. yang tidak dapat diketahui sebelumnya, manusia harus berusaha untuk mendapatkan hasil yang dicita-citakannya. Dengan beriman kepada qada dan qadar memberikan banyak fungsi, di antaranya sebagai berikut.

1. Manusia Senantiasa Berusaha/Berikhtiar

Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Hanya dengan berdo’a dan berusaha dengan sungguh-sungguh, Allah swt. akan membalasnya. Seperti belajar, apabila ingin sukses dan pandai kita harus tekun dan rajin belajar. Menyadari pentingnya manusia harus berusaha dalam kehidupan, Allah swt. berfirman dalam Surat An Najm Ayat 39-42.

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu),”


2. Giat Beribadah dan Berdo’a

Manusia yang beriman kepada qada dan qadar Allah swt. akan menghiasi hidupnya dengan beribadah dan berdo’a. Cita-cita yang akan kita capai juga harus disertai dengan usaha dan do’a karena kita sadar bahwa yang menentukan segalanya adalah Allah swt. sehingga dalam setiap langkah kita pasti memerlukan petunjuk dan bimbingann-Nya.

3. Membuat Orang tidak Takabur

Orang yang beriman kepada qada dan qadar atau takdir Allah swt. akan menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya. Meskipun ia berusaha sekuat tenaga, tetapi keputusan akhir tetap di tangan Allah swt. Kesadaran akan keterbatasan dirinya inilah yang membuat manusia tidak mudah hanyut dalam kesombongan. Karena sesungguhnya Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang sombong.
Firman Allah swt. dalam surat Luqman Ayat 18:

Arinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)


4. Sabar Menghadapi Cobaan

Sebagai manusia kita harus sadar bahwa setiap harapan yang kita cita-citakan terkadang menghadapi rintangan dan cobaan. Akan tetapi, apapun yang dikehendaki Allah swt. kita harus tetap sabar dan tawakkal. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam Surat Al Baqarah Ayat 155-156.

Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).” (QS. Albaqarah: 155-156)


5. Menumbuhkan Sikap Optimis

Meyakini qada dan qdar tidak berarti harus pasrah tanpa adanya usaha. Allah swt. memberi kesempatan kepada manusia untuk tetap ikhtiar. Kita harus yakin bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.
Firman Allah swt.

Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ".

0 komentar:

Template by - Abdul Munir - 2008